PEKANBARU, RADARJAKARTA.NET— Pembelajaran abad 21 merupakan proses belajar mengajar yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi den...
PEKANBARU, RADARJAKARTA.NET— Pembelajaran abad 21 merupakan proses belajar mengajar yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan berbagai sumber belajar di mana siswa berperan aktif dalam meningkatkan kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan dan literasi serta kecakapan.
Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah; kemampuan kreativitas dan inovasi; kemampuan komunikasi; dan kemampuan kolaborasi. Kompetensi ini harus terintegrasi dengan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Pada tahun 2020 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikmud) sudah mencanangkan dua kompetensi baru yang harus ada dalam sistem pembelajaran di Indonesia. Kompetensi tersebut salah satunya adalah computational thinking. Negara Indonesia sadar bahwa computational thinking nantinya akan sangat memabantu anak Indonesia dalam mengahadapi permasalahan yang kompleks. Menurut Inggraini dalam acara Grow with google di Perpustakaan Nasional Indonesia bahwa karena nantinya akan banyak solusi yang lahir dalam bentuk aplikasi, software, maupun system computer maka dibutuhkan computational thinking (cbcindonesia.com).
Menteri agama Fachcrul Razi Indonesia pada tahun 2020 juga berpendapat yang sama dengan menteri kemendikbud yaitu mendorong dilakukannya injeksi computational thinking (CT) di lingkungan madrasah., hal ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan siswa madrasah yang berdaya saing dan mampu beradaptasi dengan dunia digital 4.0 (Kompas.com). Computational thinking (CT) banyak mendapatkan perhatian dikalangan pendidik dan peneliti pendidikan di dunia ini, bahkan sudah CT sudah masuk dalam kurikulum pendidikan di beberapa Negara.
Salah satu negera yaitu Amerika Serikat CT sudah menjadi sebuah kurikulum yang wajib bagi siswa tingkat pendidikan menengah (SMA) dimana kurikulum tersebut dikhususkan untuk mempersiapkan siswa dalam mengambil Ilmu Komputer di universitas. Tujuan dari kurikulum CT tidak lain untuk melatih dan membiasakan seorang siswa dalam berfikir kreatif, logis dan terstruktur. Selain itu, negara- negara maju lainnya juga ikut aktif dalam menerapkan progam meningkatkan CT pada siswa tingkat K-12 melalui program coding dan pemograman.
Computational Thinking (CT) merupakan skil seseorang dalam memecahkan suatu masalah dengan berfikir secara logis, kreatif, kritis, dan mampu menguasai pemograman. Menurut Bundy ( 2007 ) CT suatu ilmu yang berkaitan dibidang komputer selain itu CT juga berkaitan di hampir semua bidang ilmu, seperti di bidang ilmu Matematika, logika, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Sedangkan menurut Curzon ( 2015 ) menjelaskan bahwa CT suatu seni dalam pemecahan masalah yang dimiliki oleh manusia. Dengan kata lain, computational thinking merupakan cara berpikir yang menguraikan suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sederhana. Kemudian menemukan pola dalam masalah dan menyusun langkah-langkah solusi menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan menerapkan computational thinking dalam pembelajaran, siswa bisa belajar lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan persoalan-persoalan karena terbiasa mencari solusi terbaik dan membentuk pola solusi. Computational thinking juga dapat melatih siswa untuk berpikir secara sistematis dan terstruktur dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat diterapkan dalam banyak pemecahan masalah baik di dalam pembelajaran maupun di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran, misalnya, computational thinking dapat disandingkan dengan model pembelajaran lain yang juga membutuhkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan logis. Hal ini akan memberikan kesempatan pada guru untuk menyajikan pembelajaran yang lebih kreatif dan bermakna. Hal ini juga mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kompetensi-kompetensi pembelajaran lain yang dibutuhkan.
Dalam proses pembelajaran matematika memiliki tujuan yang sudah dirumuskan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) pada tahun 2000 yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi, (2) belajar untuk bernalar, (3) belajar untuk memecahkan masalah, (4) belajar untuk mengaitkan ide, (5) belajar untuk merepresentasikan ide-ide. Salah satu dari tujuan pembelajaran matematika tersebut adalah belajar untuk memecahkan masalah, hal ini sama dengan apa yang dimaksud oleh Computational Thinking (CT).
CT sangat menekan skill seseorang dalam memecahkan suatu masalah dengan berfikir secara logis, kreatif, kritis. Dari penjelasan di atas sangatlah diperlukan CT untuk dipraktikkan dalam proses pembelajaran matematika.
Oleh : Astuti (Ino), Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
(Rilis/ES)