Penulis: Acik Wesa, Radar Jakarta.net Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo mendulang pujian dan sanjungan pasca dirin...
Penulis: Acik Wesa, Radar Jakarta.net
Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo mendulang pujian dan sanjungan pasca dirinya mengenakan busana adat NTT. Jokowi mengenakan pakaian adat NTT saat dirinya menghadiri rapat Tahunan MPR RI dan juga pada saat Dirgahayu RI Ke 75.
Apa yang dilakukan Jokowi tentunya menuai pujian dari netizen tanah air. Terlebih khusus rakyat NTT. Misalnya, Netizen berkata" Jokowi mencintai busana adat Nusantara"
Namun demikian, dari sekian banyaknya mutiara pujian kepada mantan wali kota Solo itu, saya justru memiliki pandangan yang berbeda. Dan analisis saya mungkin tidak tajam, tapi cukuplah sebagai menu malam saya.
Pada dasarnya, saya menilai apa yang dilakukan Jokowi selama sepekan terakhir dengan mengenakan pakaian adat khas NTT Itu biasa-biasa saja. Satu sisi tentu saya ikut mengapresiasi, namun tidak harus terlena. unsur kekewatiran dalam diri saya pun tumbuh subur.
Saya sedikit memberikan persepsi bahwa Jokowi sedang memberikan pesan kepada seluruh rakyat Indonesia, kepada rakyat NTT pada Khususnya. Dan lebih penting lagi, pesan ini disampaikan kepada unsur-unsur penting birokrasi. Semoga saya tidak salah.
Pada kesempatan itu, Jokowi sedang menggunakan medium komunikasi yang cukup melelehkan hati masyarakat NTT. Pasalnya NTT diapresiasi negara. Wts, tunggu dulu. Mainnya santai bro..hahhaa
Hemat saya, Jokowi sedang memainkan pesan simbol bahwa NTT adalah suatu prioritas nasional, baik dari segi pembangunan maupun hal lain. Sebab Symbol language ( bahasa simbol) bisa multitafsir.
Dan ketika masuk pada bahasa SIMBOL, paradigma yg saya bangun justru ada dua, pertama sebagai bentuk apresiasi Jokowi terhadap kekayaan budaya Nusantara dan kedua, ialah komunikasi politik dan kebijakan prioritas ke NTT. Dan ketika berbicara kebijakan prioritas;prioritas pembangunan untuk kepentingan rakyat atau akan terjadi eksploitasi besar besaran di NTT .
Dan keraguan saya nampak dalam kejadian baru saja terjadi pada masyarakat adat Besipae, pemilik baju adat yang dikenakan Jokowi. Entah ini kebetulan atau tidak, yang pasti ya ini terjadi.
Pasalnya Sejumlah anak dan perempuan masyarakat adat Besipae Kecamatan Amnuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menangis histeris tatkala oknum anggota Brimob melesatkan tembakan gas air mata (Suara.com)
Rakyat Besipae yang mencoba mempertahankan hak Ulayat tanah adat ditembakkan gas air mata oleh Brimob (atas perintah Pemprov NTT, suara.com).
Selain kabar terbaru itu, sejumlah wacana kebijakan juga ada di wilayah Manggarai Barat. Lebih khusus prihal pariwisata Taman Nasional Komodo (TNK). TNK sedang dalam wacana pembangunan Sarrpas (Pulau Rinca, dsbnya), Pembangunan Vila Golo Mori, Geothermal Sano Nggoang dan mungkin ada aktivitas lain sebagai akibat dari kebijakan lain di tempat yang berbeda.
Secara kacamata awam, saya sedikit memahami terkait bahasa komunikasi para elit politik maupun pemangku kebijakan. Berbahasa tak semestinya dengan memulung kata-kata. Akan tetapi prihal bahasa simbol adalah bahasa paling ampuh digunakan para kalangan elit politik.
Maaf jika salah. Tetapi inilah yang ada dalam pikiran saya. Sebab, Tahun ini NTT menjadi prioritas dalam scope pembangunan lebih khusus infrastruktur pariwisata.
Pelbagai Wacana kebijakan sudah hampir dilaksanakan. Pro dan kontra mendulang di ruang publik. Apa benar, ini bahasa simbol Jokowi?
Saya ingat apa yg disampaikan Rocky Gerung, Jokowi menghargai pakaian adat tetapi tanah adat dirampas. Nah, saya takutnya demikian. Siapa tahu ini simbol, atau gimana menurut kamu?
Robert Dacing
COMMENTS